Kejadian banjir di Jabodetabek pada awal tahun 2020 menjadi sebuah contoh bahwa bencana juga memiliki sifat yang sangat dinamis. Hampir dalam kurung waktu kurang dari 24 jam berbagai titik-titik banjir bermunculan di wilayah Jabodetabek akibat guyuran curah hujan yang tercatat mencapai lebih dari 300 mm dan merupakan curah hujan tertinggi di Jabodetabek sepanjang dekade terakhir.
Twitter sebagai salah satu media sosial memiliki jumlah pengguna yang sangat besar. Besarnya jumlah pengguna ini sudah semestinya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber dalam tahap pengumpulan data bencana yang cenderung bersifat darurat dan membutuhkan akses informasi yang cepat (Real-Time). Selain kemudahan untuk menyampaikan informasinya secara real time, twitter juga dapat menjadi media perpanjangan informasi dari masyarakat kepada pemerintah ataupun stakeholder terkait kebencanaan yang terpantau juga aktif dimedia ini.
Secara khusus, dalam bencana banjir kali ini dapat dipantau bahwa sebagian besar informasi yang masuk kedalam beberapa akun twitter pengaduan seperti @TMCPoldaMetro @BNPB ataupun @Petabencana.id terjadi saat banjir tengah berlangsung. Hal ini berarti bencana banjir tidak serta merta memutus akses komunikasi di lapangan sehingga penting untuk disadari oleh semua elemen bahwa media sosial juga memiliki peranan penting dalam siklus kesiapsiagaan bencana.
Visualisasi yang dihasilkan terhadap data yang dihimpun menunjukkan bahwa kejadian banjir paling banyak dilaporkan oleh masyarakat pada tanggal 1 Januari 2020 yang didominasi tersebar pada wilayah Provinsi DKI Jakarta. Secara spatial, persebaran titik-titik banjir paling masif dapat dilihat pada wilayah Jakarta Barat dengan jumlah 42 titik dan Jakarta Selatan dengan jumlah 40 titik banjir. Semakin pekat warna biru yang divisualisasikan, maka menunjukkan semakin besar kedalaman banjir yang terjadi dan apabila ditinjau dari kedalaman banjir yang terjadi, Wilayah Jakarta Timur memiliki jumlah titik banjir dengan kedalaman lebih dari 1 m yang paling banyak dan Wilayah Jakarta Barat berdasarkan informasi yang didapatkan memiliki 1 titik yang tercatat menjadi titik banjir dengan kedalaman tertinggi hingga mencapai 6 m.
Prototype ini menunjukkan sebuah langkah awal dalam kemajuan dalam membuat database kebencanaan secara real time karena saat terjadi bencana diperlukan informasi yang cepat namun juga akurat. Tagar khusus seperti #banjir #lokasibanjir yang dibuat untuk menyampaikan informasi aktual dari suatu kejadian bencana seharusnya disepakati bersama sebagai nomenklatur yang secara khusus berfungsi menyampaikan informasi kebencanaan secara aktual dan terupdate sehingga proses analisa, perencanaan dan pengambilan langkah dalam proses penanganan bencana bisa lebih cepat dan tepat.
Kedepan data dari media sosial seharusnya dapat mengukur bagaimana manusia dapat melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap kondisi alam berbasis teknologi. Terlebih lagi data yang detail di masa sekarang sudah menjadi hal yang mudah untuk disampaikan dengan pesatnya kemajuan teknologi.
Let see guys, partisipatory mapping from netizen indonesia.
Data Visualization : Dzimar A.R.P
Data Minning : Riqfi Faturrahman, Fajar Dewangga, Dzimar A.R.P
Geocoder : Randy Aswin